Senin, 27 April 2020

Menginterpretasi Makna Teks “Juru Masak”

Wawan Setiawan Tirta
Cerita pendek merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam hal ini, cerpen tidak saja merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, cerpen harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha manyalurkan kebutuhan keindahan manusia.

Cerpen diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan yang kreatif bermakna orang yang sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, ia tidaklah menciptakan nilai-nilai baru. Kesanggupan sastrawan dalam menemukan nilai-nilai terbaik yang akan dijadikan tema dalam karyanya merupakan suatu hal yang menyangkut mutu kreativitas tersebut. Dalam menuliskan karyanya, seorang sastrawan tidak terlepas dari masyarakatnya. Dengan berpijak pada kenyataan yang dilihatnya, sastrawan tersebut menyodorkan fakta kepada pembaca.

1. Latar Belakang Pengarang
Untuk dapat menginterpretasi makna sebuah teks cerpen, ada baiknya kalian mengetahui latar belakang pengarang. Untuk dapat mengetahui siapa sosok Damhuri Muhammad, pengarang cerpen “Juru Masak” tersebut. Dari sana kalian bisa menafsirkan makna cerpen yang ditulisnya. Berikut ni latar belakang pengarang cerpen "Juru Masak".

Damhuri Muhammad lahir pada tanggal 1 Juli 1974 di Taram, Payakumbuh, Sumatra Barat. Dia sangat mengenal budaya Minang karena dia dibesarkan dengan budaya Minang. Di dalam cerpen “Juru Masak”, dia menceritakan orang Minang yang pandai memasak, yang diperankan oleh Makaji. Selain pandai memasak, orang Minang terkenal dengan keberhasilannya dalam merantau. Damhuri Muhammad menggambarkan tokoh Azrial sebagai orang Minang yang suka bekerja keras dan sukses di perantauan. Tidak hanya itu, Damhuri Muhammad juga menceritakan tradisi pernikahan khas Minang.
 Cerita pendek merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya adala Menginterpretasi Makna Teks “Juru Masak”
Latar belakang Damhuri Muhammad banyak memengaruhi hasil karyanya. Pada saat dia masih tinggal di Padang, dia sering menghabiskan waktunya di surau. Kehidupan di surau identik dengan kehidupan yang selalu mengedepankan toleransi beragama dan bergotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini memberikan inspirasi bagi Damhuri dalam menciptakan tokoh Makaji yang mempunyai jiwa tolong-menolong, tanpa mengharapkan balasan apa pun.

2. Hubungan Latar Belakang dengan Cerpen
Dari latar belakang pengarang cerpen dapat dikaitkan dengan fakta yang ada. Kebanyakan dari orang Minang bekerja dalam kuliner. Dalam cerpen Juru Masak digambarkan etos kerja dari Makaji. Makaji sudah bertahun-tahun menjadi juru masak di daerahnya. Hingga mereka hafal dengan tipe masakan Makaji. Kerja kerasnya berbuah manis dan ketika masa tuanya datang ia masih dibutuhkan. Begitu pula dengan anaknya yang bernama Azrial. Azrial merantau di Jakarta dengan memulai dari nol menjadi tukang cuci di rumah makan. Hingga sekarang menjadi pengusaha rumah makan yang mempunyai cabang-cabang dan pegawai yang banyak.

Damhuri Muhammad berasal dari Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Seperti yang kalian ketahui, orang yang berasal dari daerah tersebut dikenal dengan sebutan orang Minang atau Minangkabau. Orang Minang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki etos kewirausahaan yang tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya bisnis yang dijalankan oleh pengusaha Minangkabau di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. Kini, jaringan perantauan Minangkabau dengan aneka jenis usahanya merupakan salah satu bentuk kewirausahaan yang sukses di Nusantara.

Kaitan fakta dan cerita yaitu : Semangat kerja - Makanan Padang - Wiraswasta - Mengadu nasib di perantauan.
Tokoh -Azril dan Makaji.
KATA SULIT : Perhelatan : pesta perkawinan, Helat : tipu muslihat ; tipu daya, Tabiat : watak, Hengkang : pergi, Dengung : terdengar, Piuh : sulit, Musabah : yang menyebabkan, Kempuh : empuk, dan Pembatang : pembatas.

Makanan Minang adalah bagian dari budaya yang telah menjadi salah satu penggerak ekonomi bagi masyarakat Minangkabau di mana pun keberadaannya. Makanan khas Minang yang bersantan dengan banyak bumbu dan cabe, telah mengantarkan banyak orang Minang hidup sukses di rantau sebagai pengusaha rumah makan. Keterampilan memadu kelapa untuk menjadi berbagai jenis gulai dengan dasar bahan pangan yang bervariasi telah menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat Minang untuk dapat bertahan pada kerasnya kehidupan di rantau. Sosok tokoh pada cerpen “Juru Masak” yang memiiki karakteristik tersebut Azrial.

Kata wirausaha memiliki makna orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan baru, memasarkannya, serta mengatur permodelan operasinya. Hal ini pun terlihat pada keahlian orang Minang dalam usaha rumah makannya ini.

Penampilan rumah makan yang khas dengan geraian aneka makanan pada pintu masuk adalah salah satu cara jitu untuk memancing selera orang untuk datang ke rumah makan tersebut. Pemakaian bumbu yang banyak membuat makanan Minang berpenampilan atraktif dengan warna mencolok, seperti kuning, merah, hitam, dan hijau yang merangsang indera mata. Sedangkan aroma makanan yang khas akan menyergap indera penciuman, sehingga dapat dikatakan makan di rumah makan padang adalah sebuah pengalaman kuliner yang lengkap bagi sebagian orang.

Berdasarkan isi teks, berikut disajikan beberapa kalimat yang menguatkan perjalanan hidup Azrial hingga ia menjadi orang yang sukses. Namun, terdapat beberapa kalimat yang tidak berkaitan dengan hal itu. Untuk kalimat yang terbukti berkaitan dengan kehidupan Azrial, berilah tanda (ѵ) pada kolom (B), dan pada kolom (S) jika terbukti kalimat tersebut tidak menguatkan perjalanan hidup tokoh tersebut.
No.KalimatBS
1.Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.-
2.Awalnya ia hanya tukang cuci piring di rumah makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta.-
3.Dan kini, gayung telah bersambut, sekali saja ia mengangguk, Azrial akan segera memboyongnya ke rantau.-
4.Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam rumah makan dan dua puluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan.-
5.Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu.-
6.“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun.-
7.Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar gulai kambing dan gulai rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu.-
8.Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang.-
9.Akan tetapi, tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata.-
10.Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan.-